Apa Itu Penerbit Indie? Kak Ibe Berbagi Lika-Likunya Menerbitkan Buku Lewat Penerbit Indie

Lihat perjuangan Ika Natassa lewat akun Twitter-nya, pasti kamu membatin, “Wih, sesulit itu ya nerbitin buku..” Terus, kamu jadi minder buat nulis. Well, lika-liku Ika Natassa itu bakal kamu rasakan kalau kamu menerbitkan buku lewat penerbit mayor kayak Gramedia Pustaka Utama dan Mizan. Ada jalan lain lho untuk membuatmu serasa “penulis sungguhan” dengan harga yang lebih mudah dan murah: lewat penerbit Indie.


Apa itu penerbit indie?

“Nama" asli penerbit indie adalah penerbit independen. Nah, dari namanya kamu bisa menebak kalau melalui penerbit jenis ini kamu enggak bakal merasakan ribetnya penerbit mayor kayak nunggu naskah di-acc, revisi berulang kali, dan editor yang galak. Biar keterangannya lebih valid, Pojok Milenial udah wawancara eksklusif bareng kak Ibe, co-author buku antologi "Jadi Diri Sendiri". 

Sumber foto: dokumentasi pribadi

Kak Ibe dan Antologinya

“Awalnya ngobrol di kampus sama teman-teman dan kami lagi ngobrol tentang quarter life crisis. Eh, ternyata masing-masing dari kami, dengan latar belakang yang berbeda, punya cerita yang unik lho. Akhirnya, sepakat untuk bikin buku.”

Begitu kata pemilik nama lengkap Ibnu Dharma Nugraha ini. Dari iseng jadi seneng soalnya bucket list-nya udah tercapai, yakni menerbitkan buku. Dari obrolan waktu itu, dia mengajak 20 penulis lain buat gabung menulis di bukunya dalam bentuk antologi.

Lalu, mahasiswa Manajemen Sumber Daya Lahan Universitas Brawijaya ini menggandeng blogger, graphic designer, sampai mahasiswa S2 untuk bercerita tentang pandangan mereka mengenai quarter life crisis.

Harapannya, buku ini bisa menjadi pedoman biar enggak insecure atas kegiatan yang dijalani saat ini. Masing-masing dari latar belakang itu punya struggle, kelebihan, dan kekurangannya masing-masing, kok. So, tetap jadi diri sendiri dan jangan membandingkan sama kisah orang lain.  

Sumber gambar: www.guepedia.com


Jadi, apa sih enaknya menerbitkan buku lewat cara ini?

Alur penerbitan yang effortless

Seperti kamu tahu dari akun Twitter Ika Natassa, menerbitkan lewat penerbit mayor tuh ribet banget. Kamu perlu tahu selera penerbit dan editor, portofolio yang mumpuni, plus belum lagi kamu harus siap-siap hati buat legawa kalau naskahmu ditolak.

Nah, berkaca dari sana yang kayaknya overwhelming buat penulis pemula, kak Ibe coba apply ke penerbit indie.

“Eh, ternyata mudah ya nerbitin buku lewat (penerbit) indie…”

Itulah respon pertama kak Ibe waktu proposalnya berhasil lolos. Kamu hanya perlu mengirimkan naskah, dan naskah itu bakal langsung disetujui bahkan tanpa formal pitching, lho! Tentu dengan catatan-catatan kecil dari editor. “Jadi, enggak perlu nunggu dikurasi atau diseleksi. Kalau di penerbit mayor kan lama banget, tuh,” lanjutnya.

Enggak perlu modal

Yes. Berbeda dengan penerbit mayor yang langsung menerbitkan ratusan bahkan ribuan buku dalam sekali cetak, ada penerbit indie yang memiliki sistem Print on Demand (POD). Salah satunya adalah Guepedia yang menerbitkan Jadi Diri Sendiri itu. Kamu bahkan bisa cetak mulai dari 1 buku, lho! Namun, beberapa penerbit mengharuskan 5 buku. 

Baca juga: Puya ke Puya: Cari Tahu Alasan Surga Diciptakan Bersama Faisal Oddang

 

Terus, apa enggak enaknya?

#KitaBukanTereLiye

Proses penerbit indie berhenti sampai buku selesai cetak. Nah, penjualannya bakal diserahkan penuh sama penulis, dan penerbit hanya menunggu informasi tentang jumlah ekslempar yang perlu mereka cetak lagi.

“Nah, kami kan bukan Tere Liye, ya. Banyak yang belum familiar dengan penulisnya,” jelas kak Ibe. Penerbit indie yang dia pilih juga hanya post lewat Instagram dan situs webnya, sebagai informasi kalau ada buku baru.

Sumber gambar: instagram.com/@jadidirisendiri.book

Soal promosi, kak Ibe beserta timlah yang rempong bikin strategi, akun Instagram bukunya beserta desain post. Alhasil, jumlah buku yang terjual juga nggak sebanyak jangkauan penerbit mayor.

 

Kok kayaknya mandiri semua gitu. Apa bedanya dong penerbit indie sama self-publishing?

Para penerbit indie punya tim untuk bagian editor, layouter dan mengurus ISBN. Jadi, kamu bakal pure tulis naskah aja dan serahkan proses cetaknya, kayak desain sampul, daftar ISBN, dan mencetak bukunya, sama mereka.

Kata kak Ibe, “Beda dengan self-publishing. Kamu cari percetakan, daftar ISBN, sampai bikin sampulnya sendiri.” Jangan lupa, setiap buku yang mau terbit juga harus diedit. Berarti, kalau lewat self-publishing kamu juga harus punya skill menulis dan mengedit yang terasah. Wah, kalau ini lebih mandiri lagi ya, Sobat Milenial?


Tips menerbitkan buku lewat penerbit indie

Antara self-publishing dan penerbit mayor, penerbit indie terdengar bisa jadi jalan tengahnya. Terus, apa aja yang perlu kamu persiapkan kalau mau menerbitkan buku lewat cara ini?

“Naskahnya. Dan, pastikan kalau naskah itu sesuai sama kriteria penerbit. Kalau saya dulu yang penting enggak punya unsur SARA.”

Betul, sih. Kalau enggak ada naskahnya mau menerbitkan apa, dong? Hehe. Karena Kak Ibe menerbitkan buku antologi, rintangannya adalah mengumpulkan penulis yang sesuai kriterianya dan punya awareness tentang quarter life crisis biar sejalan sama tema.

Udah ketebak kan apa yang terjadi selanjutnya? Kak Ibe harus mengingatkan terus ke penulisnya tentang deadline! Apalagi, waktu itu hanya selisih dua hari antara deadline pengumpulan naskah dan penyerahannya ke penerbit.

“Jadi, sebaiknya deadline direnggangin kalau mau buat antologi. Biar ada jeda antara mengumpulkan naskah dari penulis masing-masing dan self-editing.”

Soal promosi, kak Ibe juga kasih tips penting buat kamu: jangan hanya mengandalkan satu platform media sosial. Kamu bisa coba media sosial beken lainnya kayak Facebook dan TikTok. Yang penting, disesuaikan aja sama pasar pembacanya. Selain itu, bangun media sosial itu lebih awal. Jadi, para calon pembeli dapat konten gratis dulu sambil kamu membangun. Tujuannya adalah biar kepo sama tulisan full-nya!


Terima kasih, kak Ibe! Sekarang lagi ada project apa nih?

“Project skripsi nih, hehe.”

Wih, semangat ya, kak! Kak Ibe lagi kepikiran buat coba ke penerbit mayor, nih. Katanya masih kepikiran aja, sih. Tapi, buat kamu yang kepo sama profil kakak berkacamata yang satu ini, kamu bisa cek Instagram @ibnudharma, ya. Sukses selalu dan ditunggu karya selanjutnya, kak!

 


Artikel oleh: Maulidina M.

Editor: Ayu T.

Jumlah kata: 880

Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 Rekomendasi Novel Metropop Romance yang Bikin Geregetan

6 Rekomendasi Café dan Resto Outdoor Bernuansa Alam di Jawa Timur

Free Fire Battlegrounds, Mobile Game yang Jadi Primadona di Kalangan Pemuda