Musik Indie: Representasi Kegundahan Hati Kaum Muda di Indonesia
“Bila nanti saatnya telah tiba
Kuingin kau menjadi istriku
Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan
Berlarian kesana-kemari dan tertawa....”
Hayo, siapa yang bacanya langsung sambil nyanyi? Yup! Lirik lagunya sungguh menggambarkan sebuah kisah percintaan yang romantis yang sangat diidam-idamkan para kaum muda-mudi Indonesia. Meskipun viral pada tahun 2018-2019, sebenarnya lagu “Akad” ini dirilis pada tahun 2017 dan juga viral pada waktu itu.
Bukannya disebut romantis, pada saat itu lagu “Akad” malah menuai sedikit kontroversi dikarenakan aransemen lagu yang berbeda total dari lagu Payung Teduh sebelum-sebelumnya.
Tidak hanya itu, dilansir di Tribunnews, lagu “Akad” dari Payung Teduh ini terseret permasalahan hak cipta terkait foto yang digunakan dalam musik video, model yang dijudge penonton, hingga permasalahan cover lagu tanpa izin. Meskipun begitu, keviralannya yang kedua tidak menuai permasalahan, melainkan sangat dinikmati oleh para kaum milenial.
Sumber foto: instagram @payungteduhoficial |
Dengan itu musik Indie telah kembali menjadi trend di kalangan milenial. Setelah sempat populer pada tahun 1990an, kini musik indie kembali mewarnai dunia musik Indonesia dengan hasil karya dari musisi-musisi berbakat. Meskipun nggak muncul di televisi, berkat majunya teknologi, dan eksistensi sosial media, serta Youtube dan platform musik lainnya, para musisi dapat memasarkan karyanya secara individu untuk dinikmati oleh banyak orang.
Hal ini memicu munculnya banyak lagu-lagu dengan vibes yang unik dan baru di telinga para penikmat musik, tidak terkecuali kaum milenial. Sebab datang dari berbagai macam kalangan masyarakat, para musisi musik indie ini nggak cuma mengenalkan lagu baper dalam percintaan, namun juga warna-warni hingga gelap-terangnya kehidupan, terutama di Indonesia.
Baca juga: Hal yang Perlu Kamu Tahu Tentang Dangdut dan Melejitnya Popularitas Subgenrenya
Sumber foto: pexels.com |
Sumber foto: Facebook kotadaningatan |
Sumber foto: kotadaningatan_youtube |
“Karena di negeri ini, tambang lebih mahal daripada anak kita
Anakmu, anakku
Karena di negeri ini, pasal lebih mahal daripada nalar kita
Nalarmu, nalarku....”
Tidak hanya band Kota & Ingatan, adapun band .Feast memiliki motif yang sama dalam pembuatan lagunya, yaitu mengangkat tema keresahan masyarakat ke dalam sebuah karya sehingga pesan yang digunakan dapat tersampaikan dengan mudah kepada banyak orang.
Di awal tahun 2020 sendiri, ramai dibicarakan tren musik indie yang mengangkat tema mental health. Seperti lagu-lagu yang dilantunkan oleh Pamungkas, Fiersa Besari, dan Hindia. Lagi-lagi, liriknya mengandung makna yang dalam bagi para pendengarnya dengan tujuan membantu self-healing dan mengatakan pada pendengar jika mereka akan baik-baik saja. Mental health sendiri menjadi bahan yang cukup hangat diperbincangkan di masyarakat, terutama mengenai depresi.
Dilansir di YouSure, depresi menjadi salah satu masalah kesehatan mental yang banyak diderita, terutama, kaum muda yang merasa dibebani oleh urusan tugas kuliah, skripsi, ekonomi, percintaan, dan masih banyak lagi.
Beberapa penelitian menyebutkan jika musik mampu
meringankan stress dan meningkatkan well-being seseorang, hingga
mengoptimalkan kemampuan komunikasi bagi penyandang autisme. Musik mampu
melakukan terapi pada pendengarnya dengan melalui proses emosional, bebas, dan
kreatif.
Sumber foto: fiersabesari_youtube |
“Kadang kala tak mengapa, untuk tak baik-baik saja
Kita hanyalah manusia, wajar jika tak sempurna
Saat kau merasa gundah, lihat hatimu percayalah
Segala sesuatu yang pelik, bisa diringankan dengan peluk....”
Sepenggal lirik di atas merupakan bagian dari lagu Fiersa Besari dengan judul, "Pelukku Untuk Pelikmu". Lagu tersebut merupakan OST dari film Imperfect (2019) yang mana bercerita tentang ke-insecure-an seseorang terhadap berat badannya. Dan pada lagu tersebut, bisa dilihat jika liriknya sangat bersifat supportive bagi orang-orang yang mengalami insecure ini. Dengan menegaskan kalimat-kalimat yang positif, lagu ini sempat ramai di kalangan milenial karena maknanya yang relatable.
Nah, nggak cuma tentang makna lirik lagu nih, saking ramainya musik indie ini di kalangan anak muda, musik indie jadi memiliki ciri khas tersendiri jika disandingkan langsung dengan ‘cara kerja’ anak muda jaman sekarang. Yaitu tentang musik indie-kopi-senja. Bersumber dari Authenticity, kopi bukan hanya teman nongkrongnya bapak-bapak di warung, tetapi juga teman bagi para kaum muda sebab kopi mampu memberikan semangat bagi para penikmatnya, dan kopi juga disebut identik dengan makna perlawanan.
Untuk unsur musik indie dan senjanya sendiri ada pada kemiripan pada makna perlawanan, yang mana eksistensi musik indie berlawanan dengan kepopuleran karya di pasaran; musik indie dinilai melawan arus dunia permusikan di Indonesia. Ditambah juga “senja”, sebuah kata puitis yang sering muncul di cukup banyak lagu indie populer.
Jadi itulah alasan kenapa musik indie kembali
populer di kalangan milenial Indonesia. Dengan karya yang mencerminkan dunia
nyata, musik indie menjadi salah satu jenis musik yang sebenarnya sangat dekat
dengan kita tanpa kita sadari. Menarik, kan?
Artikel oleh: Ayu T.
Editor: Shinta W.
Jumlah kata: 881
Komentar
Posting Komentar