Yuk Kenalan dengan Green Travel, Konsep Wisata Ramah Lingkungan yang Memakmurkan

Beberapa tahun terakhir, produk ramah lingkungan atau yang dikenal dengan green product kian meningkat popularitasnya. Inovasi produk yang mengakomodasi konsep keberlanjutan pun akhirnya menjadi tren di kalangan pebisnis. Hal ini tentunya merupakan indikasi bahwa perilaku pasar juga mengalami perubahan.

Banyak dari konsumen yang mulai sadar akan isu lingkungan hingga akhirnya memutuskan beralih ke green product. Tak hanya di sektor industri barang konsumsi, tren keberlanjutan ini juga merambah ke sektor pariwisata, yang kemudian memunculkan istilah Green Travel atau sustainable travel.

Dari sekian banyak tren di tahun 2020, Green Travel menjadi salah satu yang teratas. Dikutip dari Forbes, Amadeus sebagai perusahaan travel tech terkemuka mengatakan bahwa sustainability (keberlanjutan) telah menjadi faktor penentu bagi konsumen dalam memilih jasa travel dan akomodasi yang akan mereka gunakan. Statistik juga menunjukkan bahwa generasi Z dan Milenial yang mendominasi tren traveling merupakan generasi yang paling peduli mengenai isu lingkungan. Jadi, tidak heran jika banyak sekali akomodasi jaman sekarang yang mengadopsi konsep ramah lingkungan, mulai dari mengurangi limbah plastik hingga menawarkan paket liburan yang eco-friendly.

Desa Wisata Wae Robo, Flores, NTT. Sumber gambar: Instagram @waerobotrip

 

Lalu, sebenarnya apa sih Green Travel itu?

Green Travel, atau bisa juga disebut eco-tourism, responsible travel, ethical tourism, mindful travel, dan masih banyak istilah senada lainnya, merupakan sebuah konsep yang memberi penekanan pada konservasi alam dan satwa liar. Terlepas dari istilah dan definisi yang beragam, inti dari konsep tersebut adalah mendukung kebijakan yang berorientasi pada keberlangsungan alam dan satwa yang ada didalamnya, serta kemakmuran masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Secara historis, Green Travel sebenarnya bukanlah konsep baru. Pergerakan modern ini berakar dari gerakan aktivisme lingkungan pada tahun 1970an. Istilah eco-tourism pertama kali dicetuskan oleh Hector Ceballos-Lascurain, seorang pecinta lingkungan asal Meksiko yang juga pendiri dari organisasi Mexican Association for the Conservation of Nature. Ia menggunakan istilah eco-tourism untuk mendeskripsikan perjalanan ke daerah terpencil untuk menikmati pemandangan alam dan budaya lokal yang masih otentik.

Greenhost Boutique Hotel, Yogyakarta. Sumber gambar: Instagram @greenhosthhotel

Esensi dari Green Travel sendiri sebenarnya tidak hanya mendorong para stakeholder dalam sektor pariwisata untuk lebih ramah lingkungan, namun juga mengajak para traveler untuk ikut meminimalisir pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh aktivitas mereka. Konsep ini diharapkan dapat meningkatkan pengembangan akomodasi, aktivitas, dan atraksi wisata yang bisa menguntungkan semua pihak yang terlibat – flora dan fauna, masyarakat lokal, para stakeholder, dan juga traveler.

 

Mengapa harus Green Travel?

Naiknya permukaan air laut, melelehnya es kutub, perubahan cuaca yang tak terprediksi, peningkatan suhu yang semakin ekstrem, gelombang panas, kekeringan, kepunahan masal—sudah banyak sekali laporan dan statistik yang berseliweran di media massa mengenai krisis iklim dan dampak buruknya terhadap seluruh makhluk hidup di bumi. Apa masih bisa dibilang waras kalau hal-hal tersebut tak sedikitpun membuat kamu merasa was-was?

Dilansir di Tirto.id, hasil penelitian dari United States of Environmental Protection Agency & Statistics menunjukkan bahwa tranportasi adalah penyumbang karbon dioksida terbesar kedua setelah produksi listrik. Secara umum, kegiatan traveling sendiri sarat dengan penggunaan alat transportasi, jadi sangat masuk akal jika peningkatan tren traveling juga dikaitkan dengan global warming

Bambu Indah Eco Hotel, Ubud, Bali. Sumber gambar: Instagram @bambuindah

Tak hanya itu, aktivitas traveling seperti menginap di hotel/penginapan, berbelanja suvenir, dan kuliner juga ternyata menghasilkan limbah dan jejak karbon yang luar biasa. Siapa sangka kalau traveling yang identik dengan kesenangan dan relaksasi ini ternyata ikut mencekik bumi yang sudah sekarat ini. Maka dari itu, Green Travel menjadi praktisi yang tepat bagi para pelancong agar dapat berlibur namun tetap bertanggungjawab terhadap lingkungan. 

Objek wisata yang rusak tidak hanya akan berdampak pada menurunnya kualitas pengalaman kamu sebagai pengunjung, tapi juga pada kehidupan masyarakat serta lingkungan sekitar. Kebayang kan, siapa yang akan repot dan dirugikan saat ada pengunjung usil yang seenaknya mencemari atau merusak tempat wisata? Jadi, kalau kamu mengaku sebagai traveler yang cinta keindahan, sudah seharusnya kamu menerapkan Green Travel dan ikut melestarikan tempat yang kamu kunjungi. Hanya karena kamu "sudah bayar" bukan berarti bisa seenaknya bertindak.


Bagaimana cara menerapkan Green Travel?

Menjadi seorang traveler yang bertanggungjawab tak hanya akan menciptakan pengalaman yang positif bagi diri sendiri, tetapi juga bagi masyarakat sekitar dan bumi tercinta ini. Lantas, apa saja yang dapat dilakukan untuk menerapkan konsep Green Travel? Yuk langsung catat beberapa poin penting berikut ini.

  • Hemat air. Jangan boros air saat mandi, matikan keran saat tidak dipakai, dan batasi memakai layanan laundry yang umumnya sangat boros air. Jangan sampai kamu berpikiran “Bodo amat, lagian aku juga nginap disini bayar”. Ingatlah sobat, It’s not just about you.
  • Hemat listrik. Seperti yang dibahas tadi, listrik merupakan salah satu kontributor karbon dioksida terbesar, jadi kamu harus meminimalisir penggunaannya. Jangan lupa matikan lampu, televisi, AC, dan alat elektronik lainnya ketika tidak digunakan.
  • Reduce, Reuse, Recycle! Terapkan prinsip 3R ini ketika kamu mengemas atau membeli barang untuk traveling. Pastikan kamu bawa barang yang bisa dipakai berulang kali, seperti sedotan dan botol stainless steel. Lalu, sedia kantung khusus untuk sampah pribadi ketika berpergian, dan bawa pakaian secukupnya supaya bisa mengurangi penggunaan sabun cuci yang limbahnya dapat mencemari air.
  • Pilih akomodasi yang memakmurkan. Jika kamu punya tenaga dan biaya lebih, ada baiknya kamu mencari penginapan yang menerapkan kebijakan 3R dan juga menyerap tenaga kerja dari penduduk sekitar. Dengan begitu, kamu ikut menjaga lingkungan sekaligus mendukung kemakmuran penduduk sekitar.
  • Hormati himbauan/aturan yang ada. Ketika kamu menjumpai larangan menginjak atau memetik tanaman, larangan menghampiri/memegang satwa yang ada, dan larangan menyentuh objek tertentu, maka yang harus kamu lakukan adalah PATUH. Simple banget, kan?

Kalau aktivis semuda Greta Thunberg saja sampai ikut angkat bicara, sudah seharusnya kita dapat menyikapi protes tersebut sebagai salah satu indikasi bahwa kondisi bumi saat ini sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan dan dapat mengancam keberlangsungan hidup generasi mendatang. Maka dari itu, let’s be green!

 

Artikel oleh: Shinta W.

Editor: Nur Annisa H.

Jumlah kata: 898

Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 Rekomendasi Novel Metropop Romance yang Bikin Geregetan

6 Rekomendasi Café dan Resto Outdoor Bernuansa Alam di Jawa Timur

Free Fire Battlegrounds, Mobile Game yang Jadi Primadona di Kalangan Pemuda