Rampung Rebranding Kampung Kayutangan, LP2M Universitas Negeri Malang Resmikan Pembukaan Secara Virtual


Apakah kamu sudah pernah dengar tentang Kampoeng Kajoetangan (Kampung Kayutangan)? Nah, kali ini Pojok Milenial bakal balik ke daerah Malang lagi untuk menyoroti sebuah kampung yang telah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda yang bernuansa khas Eropa klasik. Kabarnya kampung ini di-rebranding atau diperbarui oleh Universitas Negeri Malang (UM) loh.  Bagaimana ya prosesnyaBiar enggak penasaran, yuk simak ulasan tentang proses pembaruan kampung historis ini.

Dilansir di Kumparan.com, Sekretariat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Malang (LP2M UM) pada hari Sabtu (14/11/2020) telah melakukan launching hasil rebranding Kampoeng Kajoetangan Heritage yang dilaksanakan secara virtual melalui Youtube streaming.  Rupanya, rebranding ini merupakan hasil dari program penguatan serta pendamping UM terhadap branding Kayutangan yang sudah ada sebelumnya dan juga sebagai bagian dari pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi.  Kegiatan ini dilakukan oleh para dosen UM yang berupa penelitian, pengabdian, penerbitan buku dan pengembangan branding prototype produk untuk wisata yang dilakukan tahun ini. 

Sumber gambar: Dok. LP2M UM © Feni Yusnia

“Kami melihat bahwa Kampung Kayutangan ini sudah pernah dibranding, tapi belum kuat. Dari situ, dosen-dosen muda yang mempunyai basic di bidang pariwisata desain berpendapat bahwa kampung ini perlu ada penguatan. Ada survey, dan penelitiannya bekerjasama dengan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) stakeholder di Kayutangan. Kita ajak diskusi, mari ditata bareng-bareng,“ jelas Sekretaris LP2M UM, Dr. Akhmad Munjin Nasih. “Kampung Kajoetangan direbranding agar lebih banyak yang tahu. Baik untuk warga Malang, dan juga Indonesia,” tambahnya.

Dalam tayangan streaming Youtube oleh UM kemarin (13/11/2020), Dwi Cahyono yang merupakan seorang budayawan mengungkapkan bahwa karya arsitek-arsitek Belanda di Malang tak hanya arsitektur dan benda saja, tetapi juga landscape

Dilansir oleh SuryaMalang.com, di Kampung Kayutangan atau sekarang Jl. Basuki Rachmad ini merupakan contoh kawasan di Malang yang direncanakan sejak awal. Ini merupakan satu-satunya jalan yang didesain untuk ekonomi dan berujung jalan di pemerintahan, keagamaan, dan kemudian pecinan untuk bisnis. Nah, di Kayutangan ini juga terdapat deretan-deretan pertokoan yang pegawainya juga berasal dari kawasan sekitar itu sendiri. Pada tahun 2010 hingga 2012, pernah dilakukan kerja bakti untuk merawat toko-toko tersebut dengan harapan para pemilik toko mau beroperasi dan agar terus berkembang menjadi pertokoan.

Sumber foto: Stream Relaunching Kampung Kajoetangan

Proses pendampingan kepada masyarakat ini bertujuan untuk menguatkan ekonomi UMKM. Adapun rangkaian kegiatan pendampingannya seperti pelatihan batik, pembuatan olahan makanan jaman dulu atau biasa disingkat jadul, hingga pelatihan pembuatan souvenir. Pendampingan ini dilakukan untuk membantu meningkatkan kekreatifan masyarakat sehingga bisa memunculkan ciri khas dari daerah kampung Kayutangan itu sendiri.

Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk membawa Kayutangan menjadi destinasi wisata junjugan di jantung Kota Malang agar tradisi jaman dulu dapat dikenal dan terus lestari. Maka dari itu, untuk mendukung program pendampingan ini, pihaknya berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Malang hingga perusahaan dari mitra Universitas Negeri Malang.

Baca juga: Pendakian Gunung Semeru Kembali Dibuka, Perjalanan Hanya Diestimasi 2 Hari 1 Malam

Produk pendukung masyarakat dan UMKM. Sumber gambar: Stream Relauncing Kampung Kajoetangan

Pak Akhmad juga menambahkan, “Baik Kota maupun Kabupaten Malang memiliki banyak potensi daerah yang bisa dikembangkan. Sejauh ini, pihaknya sudah memberikan pendampingan kepada 27 desa di Kabupaten Malang dan 4 kawasan di Kota Malang. Selain Kampung Kayutangan dan Kampung Sanan, masih banyak juga daerah-daerah lain.

"Sebagai bagian dari Malang, UM harus berkontribusi hadir dalam membantu pemerintah kota," sambung Akhmad dalam kegiatan rebranding Kampung Kayutangan tersebut.

Sementara itu, Joko Sayono, Kepala Pusat Sosial Humaniora dan Pariwisata LP2M UM memproyeksikan Kampung Kayutangan Heritage menjadi tempat wisata Kota Malang seperti Malioboro. 

“Kita akan memotivasi memancing ide kreatif dari SDM. Kami bekerja sama dengan Pokdarwis mengumpulkan banyak hal, terutama barang-barang yang berkaitan dengan destinasi. Seperti spot foto dan produk kaos, kita juga melabeli rumah-rumah disana dengan stiker penanda. Dengan harapan, semakin memperkuat daya tarik wisata,” ujarnya.

Ketua Pokdarwis Kampung Heritage Kayutangan, Rizal Fahmi, mengatakan bahwa pihaknya sangat terbantu dengan adanya program pendampingan oleh UM tersebut—mengingat branding yang telah dilakukan sebelumnya masih belum optimal. "Proses Pokdarwis sendiri adalah bagaimana membangun kemandirian masyarakat di antara ketiga RW ini agar mereka bisa memahami industri pariwisata. Mudah-mudahan dengan bantuan para sarjana kita bisa lebih baik lagi." ungkapnya.

Menurut Rizal, Kampung Warisan Kayutangan ini memiliki banyak spot-spot menarik. Antara lain layout di samping-samping bangunan yang menarik, dengan konsep Hindia Belanda yang sudah berusia 50 tahun. Kampung Kayutangan ini memiliki ciri khas yang lebih unik jika dilihat dari sisi arsitektur bangunan dan interior yang tidak ditemukan di tempat lain, sehingga diperlukan regulasi untuk melindungi heritage yang nampak maupun tidak nampak.

Kegiatan penyelamatan heritage ini tidak semata-mata hanya dilakukan oleh masyarakat, pengusahaatau pemerintah; walaupun kebijakan pemerintah atau produk hukum juga memiliki peran sangat penting. Oleh karena itu, jika dilakukan rebranding harusnya bisa menyesuaikan dengan karakter Kampung Kayutangan itu sendiri, bukannya malah memunculkan branding-branding yang baru.

Di samping itu, ada juga produk pendukung dari masyarakat dan UMKM daerah tersebut, misalnya seperti hiburan musik keroncong, makanan dan minuman jadul alias jaman dulu, mainan anak, kaus dan suvenir lainnya yang tentunya menunjukkan ciri khas Kampung Kayutangan.

Nah, Sobat Milenial, itulah ulasan mengenai proses rebranding Kampung Kayutangan yang diadakan oleh LP2M UM. Semoga kedepannya Kampung Kayutangan dapat berkembang menjadi destinasi wisata terkenal di Kota Malang. Jika kamu ada waktu luang, boleh banget ya coba main ke tempat ini!


Artikel oleh: Adinda N. & Vita L.

Editor: Ayu T.

Jumlah kata: 803

Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 Rekomendasi Novel Metropop Romance yang Bikin Geregetan

6 Rekomendasi Café dan Resto Outdoor Bernuansa Alam di Jawa Timur

Free Fire Battlegrounds, Mobile Game yang Jadi Primadona di Kalangan Pemuda