Cara Menjadi Individu yang Lebih Efektif dalam Bersosialisasi

Halo Sobat Milenial! Kembali lagi bersama kanal Self-Development di hari Jum’at yang berkah ini. Bagaimana kabar kamu? Semoga sehat selalu ya. Seperti yang kamu ketahui, pekan lalu tim Pojok Milenial membahas 3 kebiasaan menjadi orang efektif yang berfokus pada diri sendiri. Nah, kali ini tim Pojok Milenial akan membahas 4 kebiasaan efektif lainnya ketika berinteraksi dengan orang lain. Sudah tidak sabar? Yuk langsung disimak saja!


Bermindset win-win

Sumber gambar: pixabay.com

Dikatakan oleh Stephen Covey pada bukunya, bahwa kita perlu untuk “think win-win” atau berpikir untuk saling menguntungkan. Menurutnya, berpikir saling menguntungkan ini bukan sekedar teknik, tetapi filosofi dalam interaksi antar manusia, yang artinya seluruh kesepakatan atau solusi adalah simbiosis mutualisme, menguntungkan setiap pihak yang terlibat sehingga semuanya merasa puas dengan hasilnya. 

Untuk akhirnya mewujudkan pemikiran ini, kamu perlu melihat hidup sebagai sebuah kerja sama, bukan sebagai sebuah kompetisi. Selain itu, kamu juga harus menumbuhkan kebiasaan terkait kepemimpinan interpersonal. Hal ini tentu akan melatih beberapa keterampilanmu ketika berinteraksi dengan orang lain, diantaranya:

  • Kesadaran diri
  • Imajinasi
  • Nurani
  • Kemauan Independen

Di samping itu, untuk berhasil mengaplikasikan kebiasaan ini, kamu perlu untuk menguasai 5 dimensi kemandirian, yakni:

  1. Karakter. Hal ini merupakan pondasi atas terciptanya mindset win-win ini. Ini artinya kamu perlu bertindak dengan integritas, kedewasaan dan mentalitas yang kuat.
  2. Relasi. Kepercayaan adalah hal yang sangat penting untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Kamu perlu memupuk relasi untuk mendapatkan kepercayaan yang tinggi.
  3. Kesepakatan. Pihak-pihak yang terlibat perlu untuk menyepakati hasil, pedoman, sumber daya, akuntabilitas dan konsekuensi yang ada.
  4. Perjanjian kinerja yang mutual dan system pendukung. Kamu perlu untuk menciptakan serangkaian hasil yang diinginkan para partisipan dan membuat standar yang disepakati untuk mengukur kinerja dalam system.
  5. Proses. Setiap proses yang dilalui harus memungkinkan muncul solusi 50:50 ini.

 

Berupaya untuk memahami, lalu dipahami

Sumber gambar: Felitemarketer.id

Untuk meningkatkan hubungan interpersonalmu, Covey menyatakan bahwa kamu perlu untuk mengerti situasi yang ada sebelum mencoba untuk memahami. Selama ini mungkin kamu memiliki banyak waktu untuk memperdalam kemampuan membaca, menulis, dan berbicara. Namun, kemampuan mendengarkan agak sedikit terpinggirkan. Padahal, kemampuan mendengar juga sangat penting untuk akhirnya memahami situasi yang ada di sekitar. 

Kebanyakan di antara kita hari ini, sering mendengar untuk menjawab, bukan untuk memahami. Hal ini tentu berdampak pada kepercayaan dan keterbukaan orang lain terhadap diri ini. Seseorang yang memiliki prinsip kuat akan cenderung untuk lebih banyak mendengar dan kemampuan ini dikenal sebagai emphatic listening.

Seorang pendengar yang empatis mampu untuk masuk ke dalam kerangka berpikir seseorang yang berbicara. Dengan seperti itu, pendengar empatis akan melihat dunia lebih jelas dan jika kamu mencoba untuk mulai mendengarkan orang lain dengan tujuan memahami mereka, mereka akan dengan cepat bisa terbuka denganmu. 

Setelah memahami situasinya, selanjutnya adalah membuat dirimu dipahami. Ini sedikit membutuhkan keberanian. Dengan menggunakan kemampuan mendengar dengan empatik, kamu akan lebih mudah mengkomunikasikan ide-idemu sesuai dengan paradigma pendengarmu. Tentu, hal ini dapat meningkatkan kredibilitasmu karena kamu dapat berbicara sesuai dengan bahasa pendengarmu. 

 

Bersinergi

Sumber gambar: smartblogger01.wordpress.com

Ketika sinergitasmu optimal, hal ini dapat menggabungkan keinginan untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak dengan komunikasi empatik tadi. Ini adalah inti dari kepemimpinan yang berpusat pada prinsip. Pada intinya, sinergitas adalah proses kreatif yang menghendaki kerentanan, keterbukaan, dan komunikasi. 

Ini juga berarti menyeimbangkan antara perbedaan mental, emosional dan psikologis antar sekelompok orang, dalam melakukan ini, perlu menciptakan paradigma pemikiran baru di antara anggota kelompok dan disinilah letak kreativitas dimaksimalkan. Sinergi adalah keefektivan sebagai realitas yang saling berkaitan dan melibatkan kerja tim, pembangunan tim, dan penciptaan persatu dengan manusia lain.

 

Kerja cerdas, bukan kerja keras (Sharpen the Saw)

Sumber gambar: modalrakyat.id

Kebiasaan ketujuh ini adalah terkait peningkatan kualitas diri melalui 4 dimensi pembaharuan, diantaranya adalah:

  1. Fisik: untuk kualitas fisik yang baik, kamu memerlukan latihan, nutrisi, dan manajemen stress. Ini berkaitan dengan merawat fisik diri dengan makan-makanan bergizi, memperhatikan pola tidur, dan berolahraga secara teratur.
  2. Sosial/Emosional: Hal ini berkaitan dengan layanan, empati dan sinergi serta keamanan intrinsik. Ini akan membuat kamu mendapatkan perasaan aman dan bermakna
  3. Spiritual: menggali kembali nilai dan komitmen yang kamu pegang dalam hidup. Hal ini juga termasuk di dalamnya adalah studi dan meditasi. Kamu memfokuskan diri pada bidang kehidupanmu sendiri, yang akan mendekatkanmu dengan pusat dirimu serta value yang ada dalam hati nuranimu.
  4. Mental: hal ini bisa dilatih dengan membaca, memvisualisasikan, merencanakan, dan menulis. Ini berguna untuk terus mendidik dirimu dan mengembangkan pemikiran yang kamu miliki. Serta, hal ini penting untuk efektivitas dirimu.

Sharpen the Saw dalam istilahnya mengacu pada bagaimana kita mengerjakan suatu hal dengan seefektif mungkin tanpa mengeluarkan tenaga lebih. Hal ini juga berarti mengekspresikan dan menjalankan keempat cakupan di atas secara teratur dan konsisten. 

Ini adalah investasi terpenting dalam hidupmu karena kamu adalah instrumen untuk kinerjamu. Hal ini menjadi penting untuk mempertahankan keseimbangan di setiap cakupan tadi karena terlalu berfokus pada satu area berarti mengabaikan area yang lainnya. Walaupun pada dasarnya berfokus pada salah satu juga tetap memiliki dampak pada area yang lain.

Nah itu tadi, 4 kebiasaan demi kefektivitasan diri dalam rangka berinteraksi dengan orang lain. Semoga bermanfaat ya!

 


Artikel oleh: Nia M.

Editor: Nur Annisa H.

Jumlah kata: 832

Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 Rekomendasi Novel Metropop Romance yang Bikin Geregetan

6 Rekomendasi Café dan Resto Outdoor Bernuansa Alam di Jawa Timur

Free Fire Battlegrounds, Mobile Game yang Jadi Primadona di Kalangan Pemuda