Terkendala Pandemi, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang Gelar Character Building Virtual Bagi Mahasiswa Baru

Hai,
Sobat Milenial! Berjumpa lagi dengan kanal Self-Development. Pada
minggu-minggu sebelumnya, Pojok Milenial sudah mengupas tuntas buku “The 7
Habits Highly Effective People” karya Stephen R. Covey tentang tujuh kebiasaan agar menjadi pribadi yang efektif. Pada kesempatan kali ini, yuk sedikit mengulas tentang acara pengembangan diri berkarakter unggul yang sedang hangat baru-baru ini.
Malang.
Pandemi tidak membatasi Civitas Akademika Universitas Negeri Malang (UM) khususnya
Fakultas Sastra (FS) untuk terus membangun identitas mahasiswa sastra agar
menjadi pribadi yang unggul, baik dari aspek akademik maupun kepribadian.
Sesuai dengan visi dari Fakultas Sastra, yaitu fakultas yang unggul dan menjadi
rujukan tridharma perguruan tinggi, tentu membangun pondasi yang kokoh sangat
penting untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Mahasiswa merupakan pilar utama
yang akan berperan signifikan dalam hal tersebut. Esensialnya, aspek diatas
mendorong Fakultas Sastra untuk pertama kalinya menggelar Character Building
(CB) 2020 secara virtual.
Hal ini disampaikan oleh Dekan Fakultas Sastra UM, Prof. Hj. Utami Widiati, M.A., Ph.D., kepada Pojok Milenial saat dikonfirmasi. Menurut Ibu Utami, karena pandemi COVID-19, rangkaian event Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) UM 2020 bagi para mahasiswa baru tidak dapat dilaksanakan secara luring (luar jaringan). Namun sebaliknya, PKKMB UM 2020 dilaksanakan secara daring (dalam jaringan).
![]() |
Webinar Character Building FS UM . Sumber foto: Dokumentasi pribadi |
Hal tersebut tidak menjadi alasan untuk tidak mengoptimalkan seluruh
potensi dari segala keterbatasan yang ada. Dengan melalui salah satu program dari Fakultas Sastra yang sudah
diagendakan ini tentunya diharapkan dapat
membangun karakter para mahasiswa FS supaya menjadi karakter yang diharapkan bersama.
“Character Building (CB) seharusnya secara rutin dilaksanakan oleh FS dalam bentuk tatap muka tentunya. Namun khusus tahun ini, sebaliknya pelaksanaan CB harus dilakukan secara daring,” jelasnya pada Jumat (6/11/20) dan Senin (9/11/20).
Dikutip dari CB FS 2020, Ibu Utami juga menuturkan bahwa selaku manusia,
sedianya kita memiliki kepala yang berhubungan dengan pengetahuan, tangan
hubungannya dengan keterampilan (soft skill), dan hati hubungannya
dengan attitude (karakter). Terlebih lagi attitude merupakan
hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari, dan bahkan banyak penelitian
menunjukkan bahwa 90% orang-orang yang sukses adalah mereka yang memiliki
karakter dan attitude yang baik.
Setelah dua tahun berturut-turut sebelumnya dilaksanakan di Poltekad Malang dan Graha Cakrawala UM, diketahui kegiatan dengan nama Character Building FS 2020 ini bertajuk “Asah Pengetahuan dan Soft Skill Kala Pandemi”. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh mahasiswa baru Fakultas Sastra UM, dan dihadiri langsung oleh pimpinan dan jajaran staf Fakultas Sastra.
Digelar
pada Jumat, 6 November 2020 secara virtual, kegiatan
ini menghadirkan keynote speakers ternama yang salah satunya
merupakan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia
(Menko PMK). Subtema yang disajikan diantaranya “Generasi Anti Napza dan
Radikalisme” oleh Drs. Tri Arief P., S.Kom., M.M., “Perundungan Cyber dan
Pelecehan Seksual” oleh Haniva Hasna, M. Krim, dan “Penerapan Soft
Skill Sebagai Mahasiswa Fakultas Sastra di Tengah Pandemi” oleh Prof.
Dr. Muhadjir Effendi M. A. P. Wah, sangat menarik bukan?
Kegiatan
ini diharapkan tidak hanya menjadi forum diskusi antara mahasiswa baru FS
dengan pemateri, namun juga menjadi wadah yang tepat untuk mengembangkan dan
mengasah pengetahuan serta soft skill sebagai mahasiswa FS di
tengah pandemi COVID-19 dan untuk menuju Indonesia Emas 2045.
![]() |
Materi “Generasi Anti Napza dan Radikalisme” oleh Drs. Tri Arief P., S.Kom. Sumber foto: Dokumentasi pribadi |
Penerapan strategi tentang pemberdayaan masyarakat terhadap paham anti napza dan radikalisme secara gamblang telah dijelaskan oleh Pak Tri selaku pemateri pertama. Beliau menegaskan bahwa penguatan pengetahuan, kejujuran, dan spiritualitas serta menjadi pribadi yang dekat dengan keluarga akan membangun pribadi yang berkarakter serta memunculkan proteksi otomatis untuk mencegah adanya paham yang tidak dibenarkan merasuk dalam benak dan pikiran pemuda Indonesia. Mahasiswa merupakan cendikiawan yang secara konstan harus menjadi pelopor juga diharapkan mampu meruntuhkan paham tersebut secara dini melalui pendidikan.
![]() |
Materi “Perundungan Cyber dan Pelecehan Seksual” oleh Haniva Hasna, M. Krim. Sumber foto: Dokumentasi pribadi |
Untuk
materi kedua, Ibu Haniva menuturkan, “Pencegahan cyber bullying dan sexual
harassment seharusnya tidak diibaratkan sebagai sebuah pemadam
kebakaran yang baru hadir ketika api sudah mengoyak, namun lebih pada
meningkatkan pemahaman tentang semua pengetahuan hal tersebut,”. “Cyber
bullying dan sexual harassment tanpa disadari sering
terjadi di sekitar kita, hal yang dapat kita lakukan apabila itu terjadi adalah
membangun jejaring pendukung, menceritakan kisah korban dan penyintas, serta
kampanyekan solidaritas," imbuhnya. Jika diulas, hal tersebut secara erat
terkait dengan pembentukan kepribadian sejak dini.
![]() |
Materi “Penerapan Soft Skill Sebagai Mahasiswa Fakultas Sastra di Tengah Pandemi” oleh Prof. Dr. Muhadjir Effendi M. A. P. Sumber foto: Dokumentasi pribadi |
Kegiatan ini secara menarik ditutup oleh Menko PMK dengan penjelasan komprehensif tentang bagaimana penerapan soft skill sebagai mahasiswa sastra di tengah pandemi dan untuk masa yang akan datang. Pak Muhadjir pada awalnya mengatakan bahwa sebagai individu berintelektual, penting untuk dipahami jika sejatinya pengetahuan melandasi manusia untuk bersikap juga berketerampilan. Tantangan besar di era bonus demografi saat ini sepatutnya menjadikan mahasiswa FS tidak hanya mempelajari keterampilan yang berkaitan dengan kesastraan dan seni saja, namun juga pada ranah yang lain.
“Seni dan
sastra itu penting sekali karena kalian berbasis pada bidang tersebut, tapi
cobalah untuk melengkapinya dengan keterampilan teknologi dengan
mengolaborasikan sastra dengan teknologi menjadi sebuah tool atau
alat. Maka itu sejatinya skill yang dibutuhkan di era sekarang
dan seterusnya,” beliau menegaskan.
Bagaimana
Sobat Milenial, insightful sekali kan? Semoga kesempatan kali
ini dapat menambah semangat kamu untuk tetap berkomitmen mengembangkan diri ke
arah yang lebih baik, ya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!
Artikel oleh: Dedhi W.
Editor: Nur Annisa H.
Jumlah kata: 805
Komentar
Posting Komentar